Pemerintah Indonesia semakin gencar mendorong sektor industri Tanah Air untuk menerapkan teknologi 4.0. Baru-baru ini, pemerintah Indonesia telah memasukkan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai prioritas penerapan Teknologi 4.0.

Hal itu dibuktikan dengan dilantiknya lima pejabat Level 1 dan 2
serta Direktur Industri Kimia dan Farmasi Hilir, Muhammad Taufik, oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menperin mengumumkan hingga 35 perusahaan hilir kimia dan farmasi akan disuntik dengan teknologi 4.0 untuk kinerja yang lebih baik.
Alasan industri farmasi dan alat kesehatan masuk dalam prioritas implementasi
Teknologi 4.0 tidak berbeda karena industri tersebut berkembang pesat di masa pandemi COVID19. Pemerintah kemudian menyadari bahwa negara harus mandiri dan kuat di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Tidak ada prioritas sejauh ini
Sebelumnya, industri farmasi dan alat kesehatan tidak termasuk dalam lima sektor prioritas penerapan Teknologi 4.0. Lima sektor yang selama ini diprioritaskan pemerintah untuk pemanfaatan Teknologi 4.0 antara lain industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri kimia dasar, industri tekstil dan produk tekstil, serta industri elektronik.
Namun, pandemi telah mengajarkan banyak hal kepada pemerintah Indonesia, yaitu pentingnya kemandirian dan kekuatan dalam industri farmasi dan alat kesehatan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sangat terpukul di masa pandemi ini. Sektor kesehatan adalah yang paling berpengaruh. Obat-obatan, termasuk vitamin, langka karena dibeli di awal pandemi.
Selain itu, obat pendukung untuk mengatasi masalah komplikasi akibat virus COVID-19
juga terbatas. Presiden Jokowi kemudian harus mengimpor obat pendukung ini dari negara lain.
Kondisi ini tentu memprihatinkan karena menunjukkan ketidaksiapan dan kemandirian Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Oleh karena itu, langkah memasukkan industri farmasi dan alat kesehatan dalam prioritas penerapan Teknologi 4.0 merupakan langkah yang tepat. Teknologi dapat meningkatkan produksi dan pelayanan serta dapat diterapkan di berbagai sektor industri, antara lain farmasi dan alat kesehatan.
Kinerja industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT)
Ekonomi.bisnis.com menulis bahwa dalam RPJMN 2020-2024 jumlah perusahaan di sektor IKFT dengan skor INDI 4.0 lebih dari 3 ditargetkan mencapai 11 perusahaan pada tahun 2020. Kemudian pada tahun 2024 jumlah ini diperkirakan akan bertambah menjadi 21 perusahaan. perusahaan.
Sebagai informasi tambahan, skor 1-2 pada INDI 4.0 menunjukkan kesediaan awal untuk menerapkan Industri 4.0, skor 2-3 berarti kesediaan sedang dan skor 4 diberikan kepada perusahaan yang dianggap siap menerapkan Industri 4.0.
Direktur IKFT Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam optimistis sektor IKFT mampu berakselerasi menuju Industri 4.0. Industri farmasi dan alat kesehatan masuk dalam Roadmap Making Indonesia 4.0 berkat kinerja gemilangnya di tengah gempuran pandemi COVID19. Industri ini banyak diminati, terutama untuk produk-produk yang berguna dalam mencegah penularan virus corona.
Kemudian sektor IKFT juga memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi. Dari sisi ekspor, nilai pengapalan produk IKFT mencapai USD14,59 miliar pada kuartal II-2020.
Selain itu, realisasi nilai investasi di sektor IKFT mencapai 32,39 triliun rs.
Nilai investasi tersebut berpengaruh baik terhadap perekonomian nasional, seperti penyerapan tenaga kerja di sektor IKFT yang mencapai 6,96 juta orang.
Lihat Juga :
https://merkbagus.id/
https://www.gurupendidikan.co.id/
https://www.dosenpendidikan.co.id/
https://teknosentrik.com/
https://daftarpaket.co.id/
https://memphisthemusical.com/
https://www.dulurtekno.co.id/
https://www.i4startup.id/
https://dolanyok.com/
https://4winmobile.com/